Sumber Gambar: Iustator Academic Indonesia
|
“Setiap orang unggul tak kita akui
keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Setiap orang berbakat
kita kipasi agar bekerja di luar negeri. Setiap orang baik takkan pernah kita
percaya. Setiap orang tulus kita siksa dengan kecurigaan. Setiap orang ikhlas kita
bantai dengan fitnah.” -Cak Nun.
Siapa yang tidak
menganal Larry King, seorang praktisi senior di bidang komunikasi dan penyiaran
menyatakan sangat menikmati pekerjaannya. Bagaimana tidak, sebagai
praktisi media ia sering berjumpa dengan orang-orang penting. Tidak hanya lokal
juga mencakup mancanegara. Berbekal kemampuan komunikasi yang mumpuni ia
sekarang bukan hanya sekedar menjadi presenter media elektronik, tetapi juga
menulis berbagai buku dari pengalamannya. Ini hanya selayang pandang buah dari
seorang praktisi media.
Masa depan karir di
bidang komunikasi dan penyiaran terbilang menggiurkan. Semakin berkembangnya
teknologi serta menjamurnya perusahaan media, tentunya sangat mengandalkan
alumni dari jurusan ilmu komunikasi, meskipun tidak menutup kemungkinan orang
yang bukan lulusan ilmu komuniksi juga memiliki peluang sama. Mereka adalah
bagian public relation, customer service dan menjadi pusat
pola kerja yang ada dalam sebuah perusahaan media.
Menjadi sarjana
lulusan ilmu komunikasi kiranya kurang wajar jika kita tidak menjadi seorang
praktisi media. Pasalnya orientasi jurusan ini untuk mencetak alumninya agar
jauh dari gagap terhadap perkembagnan informasi dan komunikasi. Sehingga
menuntut para mahasiswanya untuk bersaing mencari posisi penting di tubuh
perusahaan media. Berdasarkan fakta dilapangan, pertahun lebih dari 2500
mahasiswa yang menyandang lulusan sebagai sarjana ilmu komunikasi.
Sebagai jurusan yang
mempunyai peluang kerja yang bagus, maka tak aneh jika dalam sebuah survei yang
dilakukan oleh Tempo Pada awal tahun 2016, menempatkan jurusan komunikasi masuk
dalam jajaran top 10 jurusan yang paling diminati. Berada diposisi 5 diatas
komunikasi visual dan dibawah ilmu kedokteran. Responden survei nasional Tempo
berjumlah 859 siswa SMA kelas XII, terdiri atas 260 siswa dari Jabodetabek, 120
siswa Bandung, 124 siswa di Yogyakarta, 122 siswa Surabaya, 115 siswa Medan,
dan 118 siswa Makassar. Dari 859 responden itu, 61 persen siswa perempuan dan
39 persen laki-laki kemudian yang berusia 18-19 tahun sebanyak 17 persen dan
yang berusia 16-17 tahun sebanyak 83 persen.
KPI, Harus Punya Khas !
Komunikasi dalam Islam
dinilai penting, karena adanya kewajiban berdakwah kepada semua manusia. Karena
islam hadir sebagai rahmatan lil alamin. Komunikasi sangat berpengaruh terhadap
kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat,
anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Seluruh
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi.
Karakteristik
komunikasi dalam islam merupakan pesan langsung yang disampaikan Allah berupa
wahyu kepada Nabi. Dalam hal ini banyak pesan yang direkontruksi untuk
dijadikan sebuah pedoman terhadap manusia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat dengan selamat. Menjadi manfaat serta memberikan mata air untuk
orang lain.
Hadirnya jurusan
komunikasi dan penyiaran islam dibeberapa perguruan tinggi di Indonesia
merupakan “pesantren lanjutan” dalam mencetak generasi umat islam yang pandai
dalam melakukan studi informasi tentang kajian keislaman. Dakwah merupakan
kegiatan yang sudah lama dilakukan dari mulai media burung sampai dengan media
kuota. Berbagai cara untuk berdakwah pun sangat variatif dan menjadi dinamis
dengan perkembangan teknologi.
Jika menjadi mahasiswa
komunikasi menjadi sebuah kebanggan, maka menjadi mahasiswa komunikasi
penyiaran islam pun harus mempunyai kebanggan yang sama. Mereka yang menjadi
mahasiswa KPI adalah orang-orang kepanjangan tangan Tuhan. Menjadi jurnalis
adalah identitas pertama mahsiswa lulusan komunikasi, dan alumni KPI pun
demikian, menjadi jurnalis Tuhan, peran yang sebelumnya dipegang oleh para Nabi
dan Rasull.
Sebagai wadah untuk
studi ilmu komunikasi, kurikulum di Jurusan KPI memasukkan semua mata kuliah
wajib yang disepakati dalam forum ASPIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Komunikasi), seperti Ilmu Komunikasi, Teori Komunikasi, Filsafat dan Etika
Komunikasi, Komunikasi Politik, Kumunikasi Antar Budaya, Desain Komunikasi
Visual, dan sebagainya, sehingga kompetensi lulusan Jurusan KPI dapat disejajarkan
dengan lulusan Jurusan/Program Studi Ilmu Komunikasi pada umumnya.
Maka dalam branding
yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang didalamnya terdapat jurusan KPI,
baiknya prosfek kerja lulusan KPI tidak lagi mencantumkan dan diimingi-imingi
kerja di perusahaan media konvensional. Cukup saja dengan mencantumkan lulusan
ahli di bidang dakwah islamiyyah. Sehingga konsentrasi mahasiswanya tidak
terpaku menjadi praktisi media mainstream.
Menyoal minoritas dalam kuantitas dan
mayoritas dalam intelektualitas
Tidak menjadi
persoalan yang perlu kita diskusikan terlalu mendalam terkait bahwasannya KPI
ini “no exist” atau tidak “go to public”. Tidak nampaknya jurusan ini di
tengah masyarakat, berangkat dari kredebilitas KPI yang masih kurang fokus
merupakan indikator utama mengapa KPI masih minim peminat. Karena sebenarnya
persoalan yang harus kita bereskan bersama adalah bukan seberapa besar
pengakuan orang terhadap jurusan ini.
Jika orientasi utama
KPI mencetak generasi da’i, maka potensi yang harus dijadikan fokus yakni
penggalian dari mahasiswanya tidak untuk menjadi pekerja di media melainkan
untuk menjadi pemeran utama. Tugasnya bukan untuk mengangkat popularitas orang,
melainkan dirinya yang harus dipopulerkan. Dan untuk menjadi itu perlu
pembentukan mental yang mesti terbentur dalam kultur rasa ingin tahu. Mengasah
pikir, memperbanyak dzikir serta melatih rasa untuk menjadi generasi pembelajar.
Ketika mahasiswa KPI
hari ini menjadi mayoritas dalam intelektualitas menjadi sebuah tolak ukur
kehebatan KPI, maka perlu kita ketahui “Setiap orang unggul tak kita akui
keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Menjadi manfaat lebih baik.
Menerangi umat dengan cara yang lebih “Ketjce” merupakan branding keren untuk
jurusan ini. Seberapa banyak alumni KPI hari ini yang sudah mengaplikasikan
ilmunya di masyarakat?
Hemat saya, tidak
perlu mencari mahasiswa untuk mengisi bangku kosong di jurusan ini. Karena
mencari pendakwah yang tulus itu sulit. Mindset mahasiswa KPI harusnya digiring
untuk menjadi generasi pewaris para nabi. Menyampaikan pesan Tuhan yang
Rahmatan lil alamin. Bukan begitu ?
Sumber Rujukan
Depag RI.2004. Al-Qur’an dan Terjemahan:
Al-Jamanul ‘Ali Seuntai Mutiara yang Maha Luhur. CV. Penerbit J-Art. Jakarta
Emha Ainun Nadjib. 2015. Sedang Tuhan
pun Cemburu. Penerbit Bentang. Jakarta
Mulyana, Deddy Prof. 2007. Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Zainuddin HM. 2008. The
Journalist. Penerbit Simbiosa Rekatatama Media. Bandung
EmoticonEmoticon