Tampilkan postingan dengan label Ilmu Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Komunikasi. Tampilkan semua postingan

10 Mantra Penyajian Berita yang Harus di Perhatikan Wartawan

sumber gambar: pexels
“Beda orang, beda gaya. Beda gaya, beda karakter, beda karakter, beda seragam”. Seperti halnya menulis. Apalagi menulis sebuah berita yang pada dasarnya merupakan naskah yang akan dipublikasikan menjadi konsumsi masyarakat banyak. Lain wartawan lain pula karakter tulisannya, padahal mereka memegang 10 prinsip penyajian berita yang sama. Apa saja ? Perhatikan satu persatu.
1 5W+1H
Merupakan teori klasik  tapi paling wajib dalam sebuah penyajian sebuah berita. Berisi what apa, who siapa, why mengapa, where dimana, when kapan How bagaimana. Teori ini seakan menjadi ruh dalam sebuah naskah berita. Jika sebuah berita tidak mengandung keenam unsur ini, anda dapat pastikan bahwa naskah tersebut bukan berita.
Contoh sebuah berita yang mengandung unsur 5W+1H. Buka link berikut: DuaGanda Indonesia Tumbang di Babak Pertama.
2. Piramida Terbalik
Merupakan persyaratan dasar dalam struktur penulisan berita oleh seorang wartawan. Penggunaannya menitikberatkan pada penulisan khususnya straight news, bukan feature. Jika digambarkan seperti ini;
      
3. Angle (Sudut Pandang)
Berbeda dengan mantra sebelumnya, ini adalah hal yang membuat seorang wartawan bisa dikenal. Bayangkan saja, tempat liputan sama, sumber berita sama, begitupun materi berita. Semua sama namun hasil yang diterima redaktur dari sejumlah wartawan berbeda. Ini musabab dari angle yang di ambil oleh wartawan tak seragam. Ilustrasi sederhananya, Jika wartawan A meliput peristiwa kebakaran dengan angle “kebakaran pasar Caringin merugikan sekitar 759 Jt”, beda dengan wartawan B yang meliput angle “kebakaran pasar Caringin menewaskan 45 orang karyawan yang sedang menjaga kios ”. Detail informasi tersebut hanya bisa terkuak melalui pengembangan dari teori 5W+1H.

4. Lead atau akronim dari teras berita
Merupakan unsur kedua setelah penamaan judul agar pembaca merasa penasaran dan menemukan informasi yang selama ini dicari. Seperti halnya orang ketika mendengarkan sebuah musik, orang sering tergoda tatkala mendengarkan intronya yang enak. Begitupun membaca, orang akan merasa interested banget ketika kita menyuguhkan kalimat yang dibalut bersama diksi yang pas.


5. Akurat/Akurasi
Nah ini termasuk penting juga. Wartawan profesional harus senantiasa menyuguhkan atau menyiarkan atau menayangkan berita yang akurat. Artinya tidak ada kesalahan dalam penulisan ejaan diri, tempat, istilah, jumlah apalagi keliru kala mempublikasikan data. Karena apa? Pasalnya ketika sebuah lembaga pers bertindak konyol (tidak akurat), mereka akan kehilangan kepercayaan, kredebilitas mereka sebagai lembaga pers dipertanyakan. Lebih parah lagi kehilangan reputasi dari pembaca / audiensnya. Makannya untuk mengantisipasi hal ini, ada beberapa langkah; Cek dan recek; Konfirmasi; Memelintir Berita.


6. Mengkloning berita
Perbuatan seperti ini tidak melanggar kode etik jurnalistik. Artinya pembuatan berita berdasarkan pada berita-berita yang sudah ada. Wartawan terkait tidak melakukan liputan langsung, hanya mengutak-atik atau memoles berita yg sudah ada. Tapi menurut penulis penyajian berita seperti ini tidak untuk direkomendasikan. Hanya untuk bahan informasi saja.

7. Bahasa Jurnalisik
Ini menjadi mantra selanjutnya, adalah bahasa. Wartawan adalah orang yang menceritakan kembali tentang suatu peristiwa. Jika wartawan yang berprofesi di media cetak, maka ia akan bercerita dengan bahasa tulisannya. Oleh sebab itulah, bahasa wartawan harus senantiasa singkat, padat, jelas, sederhana, lugas dan yang terpenting adalah selalu menarik.

8. Kode Wartawan
Dalam sebuah tradisi jurnalistik, setiap berita yang ditulis pasti menggunakan kode nama siapa penulis tulisan pembuatnya. Ini sebagai bentuk tanggung jawab jika nantinya ditemukan kesalahan dalam pembuatan laporan atau sebuah tanda jika wartawan tersebut bekerja dengan baik. Contoh sederhana Goenawan Muhammad (GM) atau Dahlan Iskan (DIS) begitu pula dengan Najwa Shihab (NSB).

9. BY Line
Ini kebalikan dari sistem kode wartawan. Istilah by line merupakan sebuah rujukan yang menyebutkan penulisnya tanpa alias / anonim. Pers di Indonesia mungkin bisa dikatakan nyaris tidak ada media yang menggunakan nama penulisnya. Mungkin baru The Jakarta Post yang menggunakan. Biasanya nama penulis ditulis tepat dibawah judul dan sebelum kata pembuka untuk lead di tulis.

10.  Deadline
Ini seolah menjadi jam pasir bagi seorang wartawan. Deadline atau batas waktu (tenggat waktu) adalah batas terakhir yang ditentukan oleh lembaga pers terhadap wartawannya untuk mengumpulkan laporan agar segera terbit. Untuk ukuran media cetak yang terbit skalanya tiap hari, deadline biasanya pukul 22.00 atau 24.00. Deadline menjadi vital dalam manajemen redaksi media massa. Karena mempertimbangkan aktualitas dari berita. Apalagi straight news.

Dan itulah kesepuluh mantra penyajian berita yang bisa anda pelajari sebagai langkah awal menjadi seorang jurnalis profesional. Selamat menjadi jurnalis.

Selain Jenjang karier, Nieman harus menjadi prioritas bagi Wartawan

sumber gambar: pexels.com
Sebagai pekerja profesional, wartawan juga mempunyai jenjang karier. Cepat-lambat dan sukses atau tidaknya karier seorang wartawan sangat bergantung pada kemampuan wartawan bersangkutan. Setiap dari jenjang karier ini mempunyai tahapan tersendri untuk mencapai puncak kariernya.

Biasanya, diawali dengan sebagai reporter yang bertugas mencari atau meliput berita di lapangan. Kemudian meningkat menjadi redaktur yang bertugas menangani halaman. Satu tingkat jabatan dengan ini, seorang wartawan biasanya diangkat menjadi koordinator liputan atau koordinator reportase. Selanjutnya melenggang menjadi pemimpin redaksi atau dalam dunia tv setara dengan jabatan seorang produser.

Hanya saja jenjang karier bagi seorang wartawan bukan terletak pada jabatan yang sedang dipegangnya. Karena karier seorang wartawan dikatakan cemerlang, mempunyai prestasi bagus adalah karena sebuah karya jurnalistiknya. Eksistensinya melejit di masyarakat luas bukan karena ia seorang redaktur pelaksana melainkan reporter biasa yang meliput peristiwa yang berkualitas.

Namun, ada hal yang lebih bergengsi dari pada sekedar mengejar eksistensi atau mengejar tampuk kepemimpinan dalam sebuah media pers. Adalah Nieman Fellowship, beasiswa dari Harvard University. Apakah Nieman Fellowship? Dikutip dari laman Nieman Fellowship,

“Nieman began as a fellowship for select journalists to spend an academic year at Harvard in pursuit of individual study plans to strengthen their knowledge and leadership skills. That program recently celebrated its 75th anniversary; more than 1,400 journalists from nearly 100 countries have been awarded Nieman fellowships since 1938. Recently we added a short-term visiting fellowship for individuals with a specific project to enhance journalism who would like to spend up to 12 weeks at Harvard advancing their idea. Visiting fellows have included digital innovators, technologists, academics, and journalists from the U.S. and abroad.

Dan sebagai pertanyaan lanjutan dari judul artikel ini, mengapa Nieman harus menjadi prioritas?

Karena indonesia butuh lebih banyak wartawan berkualitas. Memang banyak penerbitan baru atau pun pendirian radio-radio di Indoensia, hanya saja persoalan sumber daya manusia masih saja menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Dan di indonesia hanya ada beberapa Perguruan tinggi yang punya jurusan jurnalisme, sebut saja Unpad Bandung, IISIP Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa Surabaya (Hasono; 21).

Dan Alternatif untuk memecahkan masalah ini adalah dengan dengan berburu beasiswa, ambil contoh Nieman Foundation di Harvard. Indonesia sejak Program ini berdiri 1938 hanya memiliki tiga alumni; Saban Siagaan (The Jakarta Post), Goenawan Muhammad (Tempo) , Ratih Hardjono (Kompas) dan Andreas Harsono (The Bangkok Post).

Bagaimana Untuk mendapatkannya ?

Mengutip Naskah Andreas dalam buku “Agama saya Jurnalisme” pendekatan mendapatkan beasiswa yang baik sama dengan cara kita mendekati suatu berita. Menggunakan teori klasik 5W+1H. Lebih banyak detail yang kita dapatkan lebih baik. Selain itu, kita juga sebisa mungkin harus mendapatkan rekomendasi​ dari instansi  terkait yang mempunyai hubungan baik dengan kurator Nieman Foundation.

Selain itu, anda jangan terlalu berambisi untuk  mendapatkan beasiswa Nieman, pasalnya hal yang harus menjadi fokus utama adalah bagaimana cara anda melakukan persiapan dan riset. Karena hal ini yang bisa membantu anda mematangkan proses seleksi.

Sebagai catatan terakhir, soal bahasa inggris, jangan terlalu dipikirkan karena hal utama dalam penilaian ini adalah, sejauh mana anda faham dalam dunia pers dan jurnalistiknya. Mungkin ukurannya adalah kemampuan kita untuk berdebat atau membuat laporan tentang jurnalisme. Atau setidaknya kita paham dengan apa yang dikatakan dosen ketika memberikan materi.

Karena kemampuan berbicara anda dalam bahasa inggris akan terbawa oleh kawan-kawan kita yang mayoritas orang Amerika dan mereka bicara bahasa inggris sejak bayi.
Selamat Mencoba. 

7 Manfaat berkomunikasi yang sering kita abaikan !

sumber gambar: unplash.com
Ada cerita tentang mengapa kita harus berkomunikasi dengan baik, bagaimana pula isi muatan komunikasi (pesan) bisa tersampaikan sesuai maksud si komunikator. Orang sering menganggap bahwa komunikasi tidak perlu dipelajari dengan serius, sebab komunikasi merupakan rutinitas yang selalu melekat dalam lingkup kehidupan manusia.

Kita bisa belajar dari peristiwa bom Hirosima menjelang akhir perang dunia II yang  terjadi akibat gagal dalam berkomunikasi. Kata mokusatsu yang mempunyai makna “Kami akan mentaati ultimatum Tuan tanpa komentar” diartikan oleh MacArthur sebagai “mengabaikan”. Akibatnya ia melaporkan kepada Truman “sang Presiden” untuk menjatuhakan bom atom.

Komunikasi memang sesuatu yang mudah untuk dikerjakan. Tidak ada yang sukar tentang komunikasi karena ini merupakan kemampuan alamiah. Seperti halnya kita tidak perlu mempelajari bagaimana cara berjalan, atau cara makan. Keterampilan ini merupakan bakat yang diperoleh dari sifat bawaan.

Dan setidaknya ada 7 mantra manfaat komunikasi agar kehidupan kita selamat.

7. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dengan orang lain, hal ini yang membuka jendela pikiran kita, merubah pola pikir, atau pun cara pandang kita dalam melihat suatu fenomena. Selain itu, komunikasi bisa memperkuat dan memelihara daya ingat.

6. Menambah Jaringan (relasi, link). komunikasi bisa menciptakan hubungan dan memupuknya sebagai bentuk menambah jaringan dengan orang banyak. hal ini sangat membantu untuk menjalankan roda kehidupan di masyarakat.

5. Komunikasi bisa dijadikan tumpuan sebagai proses penyelesaian tugas kita sehari-hari. Bagaimana kita memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan juga gadget dengan melakukan komunikasi dengan baik.

4. Hal yang bisa dilakukan oleh komunikasi terhadap kehidupan kita adalah melakukan kontrol terhadap lingkungan juga psikologis manusia. Bagaimana fungsi komunikasi ini merupakan salah satu yang penting, bagaimana cara kita mengendalikan  orang atau bagaimana cara orang lain mengendalikan kita. Dan hal ini yang mempengaruhi sistem tatanan kehidupan di masyarakat.

3. Komunikasi bersifat persuasif, bagaimana orang bisa tertarik dengan apa yang kita “lontarkan” apa yang menjadi pendapat kita bisa diterima orang lain. Bagaimana kita bisa mengkombinasikan pesan untuk disampaikan sesuai dengan target. Komunikasi bisa melakukan hal itu.

2. Ini saya dapat dari pendapat Thomas M Scheidel tentang manfaat komunikasi adalah Koumunikasi mampu membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita. Ini kiranya hampir sama dengan point nomor 6, namun ada perbedaan sedikit. Membangun kontak sosial adalah kegitatan yang dilakukan dalam lingkup masyarakat dengan skala kecil.

1. komunikasi bisa melakukan bagaimana cara branding terhadap diri sendiri. Apa yang selama ini menjadi bakat dalam diri, potensi yang tersembunyi atau kemampuan yang kita miliki, jika kita gagal mengkomunikasikan kepada orang lain, sampai kapan pun orang tidak akan pernah tahu potensi apa yang bisa digali dari anda untuk dimanfaatkan.

Sepertinya itu 7 mantra sakti yang harus anda ketahui dalam menjalankan komunikasi dengan baik. Karena komunikasi menentukan dimana anda mendapatkan posisi. Seperti apa anda bersikap dan bagaimana cara anda mengahadapi masalah.

Menemukan Cara Menulis Naskah yang Baik

sumber gambar: pexels.com

 Menulis itu perlu “tahu dan keberanian”

"Ketika Pramodya Anantatoer berujar “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama  ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Dalam kepenulisan sendiri, Andreas Harsono dalam bukunya Agama saya Jurnalisme menuliskan dua syarat sederhana bila kau ingin “bekerja untuk keabadian” : kau harus tahu dan dan kau harus berani. Apakah itu? yang dimaksud dengan berani dan tahu itu sebenarnya mudah, hanya saja tergantung orang merepresentasikan keduanya. Hal yang perlu semua penulis perhatikan adalah sejauh mana kita menguasai isu yang akan ditulis. Tak perlu menulis tentang idealisme dan wacana yang terlalu berat untuk dikonsumsi karena tulisan yang baik itu adalah ketika orang berhenti selesai membaca mereka bisa mulai berfikir bukannya mereka malah mengulangi tulisannya karena tidak mudah dicerna."
Penulis tak lantas membebek orang lain menulis. Mereka sok pinter mereka sering tak tahu perdebatan-perdebatan yang sudah dilakukan orang-orang macam Michael Sandel dan Thomas Friedman soal globalisasi. Mereka tak tahu kebohongan Mohammad Yamin atau Nugroho Notosusanto dengan apa yang dinamakan Pancasila. Ada ratusan teori soal demokrasi dan mereka belum baca tuntas semuanya. Pakai kata-kata sederhana. Kalimat pendek-pendek.
Mungkin kita mengenal kedua sosok penulis yang banyak tahu dan memiliki keberanian. Sebut saja Widji Thukul dan Pramodya Anantatoer dua  penulis hebat yang pernah dimiliki bangsa ini. Thukul mulai menuliskan masalahnya sehari-hari lewat sajak-sajaknya yang membangun. Dalam sajaknya yang berjudul Tentang sebuah gerakan ia menuliskan “Tadinya aku pengin bilang aku butuh rumah tapi lantas kuganti dengan kalimat: setiap orang butuh tanah. Ingat: setiap orang! ”.
Sebagai langkah pertama, riset merupakan salah satu bentuk usaha dalam menambah rasa ingin tahu. Membaca atau mewawancara orang adalah jalannya dan ketika hendak melakukan pengutipan lakukanlah kejujuran dan ketransparansian. Mulailah dari hal kecil. Kelak tanpa sadar kita akan sadar bahwasannya telah banyak buku yang dibaca, dan tanpa sadar pula telah ribuan orang yang diwawancara.
Namun, tahu saja tidak cukup. Pasalnya banyak orang yang tahu masih saja tidak bisa menulis karena tidak memiliki keberanian dan nyali dalam mempublikasikan idenya. Pram dipenjara Belanda, Soekarno dan Soeharto juga. Perpustakaan Pram dibakar tentara. Bukunya habis. Kupingnya budek gara-gara hajaran serdadu. Thukul apalagi, hilang tak tau rumbanya dimana.
Mereka berdua tahu kesusahan tetangga mereka yang tukang jahit dan mereka pula tahu kebobrokan tirani pada zamanya. Dan mereka memiliki keberanian untuk menuliskannya untuk membela rakyat jelata. Sosok mereka dibutuhkan hari ini.
Andreas berbagi pengalaman, sebagai seorang wartawan yang sarat akan pengalaman ia kenal banyak wartawan ibu kota negeri ini. Mereka tahu soal kebusukan petinggi negeri ini. Mereka tahu redaktur mereka mulai sering ditelepon bedinde-bedinde si petinggi. Kok nulis ini? Kok nulis itu? tapi mereka tak punya keberanian. Mereka tahu bisnis mereka terganggu. Maka “imbauan” si bedinde di ikuti.

Akibatnya, banyak cerita di belakang layar padahal menarik, tidak bisa lantas di kupas tuntas. Kau maklum saja. Mereka tak punya keberanian macam Pram dan Thukul. Mereka lebih takut ditegur redakturnya. Mereka ketakutan macam anjing sembunyi ekor dibalik pantat. Pesan dalam bukunya tertulis. Maka ada dua syarat sederhana kalau kau ingin menulis. Kau harus tahu sekecil apapun yang kau tulis. Dan  kau harus berani. Sudahlah !

Menjadi Wartawan? Perhatikan 7 Syarat Mutlak yang Wajib Anda Miliki.

sumber gambar: www.pexel.com
Pasti dalam setiap pekerjaan akan ada hal penting untuk dijadikan sebuah keahlian. Apapun pekerjaannya, kredibilitas adalah perhitungan utama yang ditanyakan. Begitupun Wartawan. Tidak bisa orang sembarangan berprofesi sebagai wartawan tanpa ada ilmu yang bisa menunjangnya. Jika anda tertarik dan passion anda condong kesana, 7 hal ini akan membantu anda mewujudkannya.
Satu. Profesi wartawan selalu berkutat pada pena dan kertas. Artinya mencatat/menulis sudah menjadi pokok utama dalam bekerja. Tidak heran jika keterampilan menulis sangat diperhatikan dalam profesi ini. Minimal anda mempunyai hobi menulis. Untuk meneruskannya, menjadi wartawan bisa ditempuh sebagai jalan utama untuk merubah hobi anda menjadi uang. Karena pekerjaan yang enak itu adalah hobi yang dibayar.
Dua. Selain terampil menulis, syarat kedua adalah anda bukan seorang “pribadi pemalu”. Pekerjaan wartawan adalah pekerjaan yang melibatkan banyak orang. Narasumber yang harus kita wawancara, kantor yang penuh dengan staf redaksi, apalagi dengan khalayak di temui. Apabila tidak bisa tampil di depan publik? Bagaimana bisa untuk mendapatkan informasi yang akan di olah menjadi berita? Mungkin mengkloning, itupun jika anda berani minta kepada wartawan lain. Kan anda  pemalu? Bukan.
Tiga. Memperhatikan Bahasa. Menjadi wartawan harus mempunyai keterampilan bahasa selain bahasa indonesia. Minimal menggunakan bahasa inggris bukan hal yang asing lagi. Kata orang bijak, bahasa adalah mata uang tunggal dalam jurnalisme. Artinya, dalam profesi dan praktik jurnalistik, bahasa memainkan peran yang sangat vital dan menentukan.
Empat. Selain bukan pemalu, wartawan harus Supel. Artinya mudah bergaul dengan orang dan  lingkungan  baru. Proses adaptasi seorang wartawan harus paling up to date. Karena profesi ini tidak memungkinkan untuk menghindari orang. Maka mental harus diasah jika kita serius untuk jadi wartawan.
Adalah yang ke-5, all  out. Syarat kelima meliputi; pekerjaan ini menuntut orang senang akan petualangan, menjelejahi setiap khasanah jagat raya, memahami makna dari hikmah. Senang akan tantangan, tidak mudah menyerah dalam setiap masalah, berani mengambil resiko, juga tidak takut membela kebenaran. Terdepan dalam berkorban serta tidak mudah panik ketika bekerja di bawah tekanan.
Enam. Peka. Untuk menjadi wartwan profesional anda harus peka melihat kondisi yang nampak ataupun tidak. Istilahnya panjangkan telinga dan perkuat penciuman. Karena peristiwa/informasi penting selalu tak kasat mata. Peristiwa yang “good news” selalu di redam tidak untuk di blow up. Maka isu itu penting untuk di klarifikasi dalam mengolah data.
Tujuh. Tampil beda. Tampil beda adalah syarat yang membuat anda bisa mudah terkenal, gampang di ingat dan akan selalu menjadi prioritas. Maksudnya tampil beda dalam melihat sebuah peristiwa, mengambil sudut pandang berita yang orang sukar di tebak dan selalu memunculkan “khas” bahwa itu anda.

Dari tujuh tips ini, anda harus praktekan semua. Karena tidak menutup kemungkinan, sesuatu yang anda dapatkan hari ini bisa bermanfaat dikemudian hari. bukan untuk di petik esok ataupun lusa. Terimaksih. Salam Pers.   

Menyoal Komunikasi dan Penyiaran Islam: Menjadi Jurnalis Tuhan

“Setiap orang unggul tak kita akui keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Setiap orang berbakat kita kipasi agar bekerja di luar negeri. Setiap orang baik takkan pernah kita percaya. Setiap orang tulus kita siksa dengan kecurigaan. Setiap orang ikhlas kita bantai dengan fitnah.” -Cak Nun.
Siapa yang tidak menganal Larry King, seorang praktisi senior di bidang komunikasi dan penyiaran menyatakan sangat menikmati pekerjaannya. Bagaimana tidak, sebagai praktisi media ia sering berjumpa dengan orang-orang penting. Tidak hanya lokal juga mencakup mancanegara. Berbekal kemampuan komunikasi yang mumpuni ia sekarang bukan hanya sekedar menjadi presenter media elektronik, tetapi juga menulis berbagai buku dari pengalamannya. Ini hanya selayang pandang buah dari seorang praktisi media.
Masa depan karir di bidang komunikasi dan penyiaran terbilang menggiurkan. Semakin berkembangnya teknologi serta menjamurnya perusahaan media, tentunya sangat mengandalkan alumni dari jurusan ilmu komunikasi, meskipun tidak menutup kemungkinan orang yang bukan lulusan ilmu komuniksi juga memiliki peluang sama. Mereka adalah bagian public relation, customer service dan menjadi pusat pola kerja yang ada dalam sebuah perusahaan media.
Menjadi sarjana lulusan ilmu komunikasi kiranya kurang wajar jika kita tidak menjadi seorang praktisi media. Pasalnya orientasi jurusan ini untuk mencetak alumninya agar jauh dari gagap terhadap perkembagnan informasi dan komunikasi. Sehingga menuntut para mahasiswanya untuk bersaing mencari posisi penting di tubuh perusahaan media. Berdasarkan fakta dilapangan, pertahun lebih dari 2500 mahasiswa yang menyandang lulusan sebagai sarjana ilmu komunikasi.
Sebagai jurusan yang mempunyai peluang kerja yang bagus, maka tak aneh jika dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Tempo Pada awal tahun 2016, menempatkan jurusan komunikasi masuk dalam jajaran top 10 jurusan yang paling diminati. Berada diposisi 5 diatas komunikasi visual dan dibawah ilmu kedokteran. Responden survei nasional Tempo berjumlah 859 siswa SMA kelas XII, terdiri atas 260 siswa dari Jabodetabek, 120 siswa Bandung, 124 siswa di Yogyakarta, 122 siswa Surabaya, 115 siswa Medan, dan 118 siswa Makassar. Dari 859 responden itu, 61 persen siswa perempuan dan 39 persen laki-laki kemudian yang berusia 18-19 tahun sebanyak 17 persen dan yang berusia 16-17 tahun sebanyak 83 persen.
KPI, Harus Punya Khas !
Komunikasi dalam Islam dinilai penting, karena adanya kewajiban berdakwah kepada semua manusia. Karena islam hadir sebagai rahmatan lil alamin. Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi.
Karakteristik komunikasi dalam islam merupakan pesan langsung yang disampaikan Allah berupa wahyu kepada Nabi. Dalam hal ini banyak pesan yang direkontruksi untuk dijadikan sebuah pedoman terhadap manusia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dengan selamat. Menjadi manfaat serta memberikan mata air untuk orang lain.
Hadirnya jurusan komunikasi dan penyiaran islam dibeberapa perguruan tinggi di Indonesia merupakan “pesantren lanjutan” dalam mencetak generasi umat islam yang pandai dalam melakukan studi informasi tentang kajian keislaman. Dakwah merupakan kegiatan yang sudah lama dilakukan dari mulai media burung sampai dengan media kuota. Berbagai cara untuk berdakwah pun sangat variatif dan menjadi dinamis dengan perkembangan teknologi.
Jika menjadi mahasiswa komunikasi menjadi sebuah kebanggan, maka menjadi mahasiswa komunikasi penyiaran islam pun harus mempunyai kebanggan yang sama. Mereka yang menjadi mahasiswa KPI adalah orang-orang kepanjangan tangan Tuhan. Menjadi jurnalis adalah identitas pertama mahsiswa lulusan komunikasi, dan alumni KPI pun demikian, menjadi jurnalis Tuhan, peran yang sebelumnya dipegang oleh para Nabi dan Rasull.
Sebagai wadah untuk studi ilmu komunikasi, kurikulum di Jurusan KPI memasukkan semua mata kuliah wajib yang disepakati dalam forum ASPIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi), seperti Ilmu Komunikasi, Teori Komunikasi, Filsafat dan Etika Komunikasi, Komunikasi Politik, Kumunikasi Antar Budaya, Desain Komunikasi Visual, dan sebagainya, sehingga kompetensi lulusan Jurusan KPI dapat disejajarkan dengan lulusan Jurusan/Program Studi Ilmu Komunikasi pada umumnya.
Maka dalam branding yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang didalamnya terdapat jurusan KPI, baiknya prosfek kerja lulusan KPI tidak lagi mencantumkan dan diimingi-imingi kerja di perusahaan media konvensional. Cukup saja dengan mencantumkan lulusan ahli di bidang dakwah islamiyyah. Sehingga konsentrasi mahasiswanya tidak terpaku menjadi praktisi media mainstream.
Menyoal minoritas dalam kuantitas dan mayoritas dalam intelektualitas
Tidak menjadi persoalan yang perlu kita diskusikan terlalu mendalam terkait bahwasannya KPI ini “no exist” atau tidak “go to public”. Tidak nampaknya jurusan ini di tengah masyarakat, berangkat dari kredebilitas KPI yang masih kurang fokus merupakan indikator utama mengapa KPI masih minim peminat. Karena sebenarnya persoalan yang harus kita bereskan bersama adalah bukan seberapa besar pengakuan orang terhadap jurusan ini.
Jika orientasi utama KPI mencetak generasi da’i, maka potensi yang harus dijadikan fokus yakni penggalian dari mahasiswanya tidak untuk menjadi pekerja di media melainkan untuk menjadi pemeran utama. Tugasnya bukan untuk mengangkat popularitas orang, melainkan dirinya yang harus dipopulerkan. Dan untuk menjadi itu perlu pembentukan mental yang mesti terbentur dalam kultur rasa ingin tahu. Mengasah pikir, memperbanyak dzikir serta melatih rasa untuk menjadi generasi pembelajar.
Ketika mahasiswa KPI hari ini menjadi mayoritas dalam intelektualitas menjadi sebuah tolak ukur kehebatan KPI, maka perlu kita ketahui “Setiap orang unggul tak kita akui keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Menjadi manfaat lebih baik. Menerangi umat dengan cara yang lebih “Ketjce” merupakan branding keren untuk jurusan ini. Seberapa banyak alumni KPI hari ini yang sudah mengaplikasikan ilmunya di masyarakat?
Hemat saya, tidak perlu mencari mahasiswa untuk mengisi bangku kosong di jurusan ini. Karena mencari pendakwah yang tulus itu sulit. Mindset mahasiswa KPI harusnya digiring untuk menjadi generasi pewaris para nabi. Menyampaikan pesan Tuhan yang Rahmatan lil alamin. Bukan begitu ?

Sumber Rujukan
Depag RI.2004. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jamanul ‘Ali Seuntai Mutiara yang Maha Luhur. CV. Penerbit J-Art. Jakarta
Emha Ainun Nadjib. 2015. Sedang Tuhan pun Cemburu. Penerbit Bentang. Jakarta
Mulyana, Deddy Prof. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Zainuddin HM. 2008. The Journalist. Penerbit Simbiosa Rekatatama Media. Bandung 

Akuntabilitas Media Dakwah; Kontroling Terhadap Situs Online

Sumber Gambar: Google
Dewasa ini, dengan melesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sedikit sekali menemukan orang yang kesulitan dalam mendapatkan dan menjelajah informasi.
Adalah internet sebagai media baru global yang mampu memberikan informasi yang penyebarannya dengan cepat dan luas. Sehingga dalam penggunaannya, internet bersifat berdaya guna dan tepat guna. Hal ini yang menyebabkan media digital yang satu ini peminatnya berkembang pesat.
Kita bisa menemukan banyak definisi mengenai internet, dalam bukunya yang berjudul jurnalistik online, Romli (2012: 12) berpendapat;
Internet (kependekan dari interconnection-networking) secara harfiyah artinya “jaringan antar koneksi”. Internet dipahami sebagai sistem jaringan yang ada dalam sebuah komputer yang dapat diakses orang lain melalui kommputer lainnya. Internet “menghasilkan” sebuah media-dikenal dengan “media online”- utamanya website (Romli, 2012:12).
Pemanfaatan internet saat ini dapat menjadi salah satu media yang diutamakan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Website Portal dapat menjadi profile perusahaan atau instansi untuk dilihat oleh seluruh pengguna internet, misalnya WWW.PERSIS.OR.ID sebagai portal organisasi masyarakat keislaman di Indonesia. Kemudian dalam dunia bisnis dan pempublikasian informasi, keberadaan internet saat ini mendukung beberapa pihak yang bersangkutan dalam melakukan proses operasionalisasinya.
Persis sebagai Organisasi keislaman yang yang berdiri pada awal abad ke-20 merupakan salah satu Ormas Islam yang menggunakan internet sebagai kegiatan dakwahnya. Persis mempunyai ciri khas tersendiri, yang mana kegiatannya menitikberatkan pada pembentukan paham agama. “Berbeda dengan Muhammadiyah yang orientasi gerakannya pada kesejahteraan sosial dan kegiatan pendidikan keagamaan. Ataupun Sarekat Islam yang didirikan pada tahun 1912 hanya bergerak untuk kemajuan bidang perdagangan dan politik”. (Wildan, 2015: 37).
Salah satu point yang tertulis dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persis Bab II pasal 1, Dadan Menyebutkan (2015: 39), fokus utama gerakan Persatuan Islam adalah memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islamiyyah kepada segenap lapangan masyarakat dan menerbitkan kitab, buku, majalah dan siaran-siaran lainnya guna mempertinggi kecerdasan kaum muslimin dalam segala lapangan ilmu pengetahuan. Persis sendiri merupakan satu-satunya gerakan keislaman yang sejak Oktober 1929 secara periodial menerbitkan media cetak, seperti ; Pembela Islam, majalah Al-Fatwa, majalah Al-Lisan, kolom Sual Djawab, buletin mingguan jum’ah Ar-Risalah dan majalah Ar-Risalah.
Dakwah merupakan representasi dari segala bentuk aktivitas sebagai proses perubahan sosial, lebih jauh dari pada itu, kegiatan yang fokus pergerakannya pada penyebaran ajaran-ajaran Islam adalah sebuah ikhtiar transendental dalam menjaga tatanan kehidupan umat manusia agar tetap berjalan dengan baik. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Ali Imran ayat 104: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Pendekatan proses kegitannya, Saputra (2012: 242),  menyebutkan bahwa dakwah ini bertumpu pada suatu pandangan human oriented, menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Setidaknya ada tiga model metode dakwah yang bisa digunakan dalam praktiknya sebagaimana secara tegas disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 125 yaitu bi al hikmah, mauidah al-hasanah, mujadalah bi al-lati hiya ahsan, serta metode tabsyir wa al-tandzir dan lain sebagainya.
Metode manapun yang digunakan, pada dasarnya aktivitas dakwah berpijak pada dua dimensi, yaitu dimensi lisan atau tulisan (biahsan al-qawl/bi al-kitabah), dan dimensi perbuatan (bi ahsan al-‘amal). Selanjutnya dalam tataran lebih teknis kedua dimensi tersebut menjadi lebih beragam. Sebagai contoh adalah dakwah dengan tulisan (bi al-kitabah), yang diantaranya menggunakan media massa cetak dan elektronik.
Persis sejak tahun 2014 silam telah mempunyai media publikasi yang digunakan dalam menyebarkan syiar agama Islam dalam bentuk online. Tidak hanya menggunakan media cetak saja, sebagai bentuk dari memperkuat gerakan dakwahnya. Kita bisa menemukan website yang dikelola Pimpinan Pusat (PP) Persis yakni http://persis.or.id/ sebagai media dakwah islam.
Kewajiban media dalam menyajikan informasi  terhadap masyarakat harus berkualitas sekaligus dapat mempertanggungjawabkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh informasi yang dipublikasikannya. Dengan demikian, media dapat digugat dan dituntut jika tidak menyajikan informasi yang benar dan akurat. Proses akuntabilitas media, dalam hal ini yang dilakukan oleh Persis.or.id harus memenuhi tiga kriteria umum yaitu, Media harus menghormati kebebasan berekspresi, mencegah kerugian yang menyangkut masyarakat, memajukan dan mengembangkan aspek-aspek positif suatu publikasi.
Sasa Djuarsa (2008: 459-474) mengungkapkan pemikirannya bahwa akuntabilitas terhadap media merupakan isu baru dalam ilmu komunikasi pasalnya, kehadirannya muncul dari kebutuhan “self-respect” dan kode etik dikalangan professional media. Kemudian kebutuhan pembuatan standar kinerja yang baik diantara kalangan professional tersebut. Dalam hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Dennis McQuail akuntabbilitas media meliputi (2010: 215); (the frame of law and regulation), (the market frame), the frame of professional and public responsibility.
Akuntabilitas yang mengarah kepada satu pemahaman bahwa media memiliki kewajiban terhadap masyarakat untuk menyajikan suatu informasi yang berkualitas. Apalagi masih banyak ditemukan sikap media hari ini yang tidak lagi menjadikan sikap akuntabilitas sebagai prioritas utama dalam menampilkan konten-konten informasinya. “Sehingga para konglomerat media terutama di indonesia yang mereka bisa menguasai para wartawan dan karyawannya. Maju-mundur dan hidup-mati media sangat bergantung pada keberadaan serta kepemimpinanya (Zainuddin HM, 2011: 202). Kendali media berada dibawah tangan para konglemarat tersebut.
Melihat permasalahan yang nampak, peneliti melihat apa yang dilakukan oleh Persis.or.id dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu kasus publikasi media elektronik bersifat online dalam kaitannya sebagai proses menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh masyarakat. Untuk itu tentunya perlu diuraikan secara sistematis bagaimana Persis.or.id yang dalam hal ini konsentrasinya dalam kegiatan penerbitan online atau termasuk dakwah lil ‘ummah sehingga kemungkinan masyarakat umum mendapatkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Urgensi dari informasi dakwah yang bersifat transendental tersebut sudah seharusnya menjadikan media pers online dapat dapat mempertanggungjawabkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh informasi yang dipublikasikan. Tidak hanya berorientasi pada konglomerasi seperti halnya media mainstream lainnya. Menjadi media dakwah yang berkualitas merupakan tujuan utama sebagai aktivitas mulia. Karena dalam setiap amalan baik ataupun sebaliknya yang dilakukan manusia, akan mendapatkan perhitungan tidak hanya di dunia juga akhirat. Oleh karenanya, sikap akuntabilitas media dakwah perlu ada kontroling serius dari pihak media juga masyarakat yang memegang paham kontruksionime.