sumber gambar: pexels |
1. 5W+1H
Merupakan teori klasik tapi paling wajib dalam sebuah
penyajian sebuah berita. Berisi what apa, who siapa, why mengapa, where dimana, when kapan + How bagaimana. Teori ini seakan menjadi ruh dalam sebuah naskah
berita. Jika sebuah berita tidak mengandung keenam unsur ini, anda dapat pastikan bahwa naskah tersebut bukan berita.
Contoh sebuah berita yang
mengandung unsur 5W+1H. Buka link berikut: DuaGanda Indonesia Tumbang di Babak Pertama.
2. Piramida Terbalik
Merupakan persyaratan dasar dalam
struktur penulisan berita oleh seorang wartawan. Penggunaannya menitikberatkan
pada penulisan khususnya straight news, bukan feature. Jika digambarkan seperti
ini;
Berbeda dengan mantra sebelumnya, ini adalah hal yang membuat
seorang wartawan bisa dikenal. Bayangkan saja, tempat liputan sama, sumber
berita sama, begitupun materi berita. Semua sama namun hasil yang diterima
redaktur dari sejumlah wartawan berbeda. Ini musabab dari angle yang di ambil
oleh wartawan tak seragam. Ilustrasi sederhananya, Jika wartawan A meliput peristiwa
kebakaran dengan angle “kebakaran pasar Caringin merugikan sekitar 759 Jt”, beda
dengan wartawan B yang meliput angle “kebakaran pasar Caringin menewaskan 45
orang karyawan yang sedang menjaga kios ”. Detail informasi tersebut hanya bisa
terkuak melalui pengembangan dari teori 5W+1H.
4. Lead atau akronim dari teras berita
4. Lead atau akronim dari teras berita
Merupakan unsur kedua setelah penamaan judul agar pembaca
merasa penasaran dan menemukan informasi yang selama ini dicari. Seperti halnya
orang ketika mendengarkan sebuah musik, orang sering tergoda tatkala
mendengarkan intronya yang enak. Begitupun membaca, orang akan merasa interested banget ketika kita
menyuguhkan kalimat yang dibalut bersama diksi yang pas.
5. Akurat/Akurasi
Nah ini termasuk penting juga. Wartawan profesional harus
senantiasa menyuguhkan atau menyiarkan atau menayangkan berita yang akurat. Artinya
tidak ada kesalahan dalam penulisan ejaan diri, tempat, istilah, jumlah apalagi
keliru kala mempublikasikan data. Karena apa? Pasalnya ketika sebuah lembaga
pers bertindak konyol (tidak akurat), mereka akan kehilangan kepercayaan,
kredebilitas mereka sebagai lembaga pers dipertanyakan. Lebih parah lagi
kehilangan reputasi dari pembaca / audiensnya. Makannya untuk mengantisipasi
hal ini, ada beberapa langkah; Cek dan recek;
Konfirmasi; Memelintir Berita.
6. Mengkloning berita
Perbuatan seperti ini tidak melanggar kode etik
jurnalistik. Artinya pembuatan berita berdasarkan pada berita-berita yang sudah
ada. Wartawan terkait tidak melakukan liputan langsung, hanya mengutak-atik
atau memoles berita yg sudah ada. Tapi menurut penulis penyajian berita seperti
ini tidak untuk direkomendasikan. Hanya untuk bahan informasi saja.
7. Bahasa Jurnalisik
7. Bahasa Jurnalisik
Ini menjadi mantra selanjutnya, adalah bahasa. Wartawan adalah
orang yang menceritakan kembali tentang suatu peristiwa. Jika wartawan yang
berprofesi di media cetak, maka ia akan bercerita dengan bahasa tulisannya. Oleh
sebab itulah, bahasa wartawan harus senantiasa singkat, padat, jelas,
sederhana, lugas dan yang terpenting adalah selalu menarik.
8. Kode Wartawan
8. Kode Wartawan
Dalam sebuah tradisi jurnalistik, setiap berita yang
ditulis pasti menggunakan kode nama siapa penulis tulisan pembuatnya. Ini sebagai
bentuk tanggung jawab jika nantinya ditemukan kesalahan dalam pembuatan laporan
atau sebuah tanda jika wartawan tersebut bekerja dengan baik. Contoh sederhana
Goenawan Muhammad (GM) atau Dahlan Iskan (DIS) begitu pula dengan Najwa Shihab
(NSB).
9. BY Line
9. BY Line
Ini kebalikan dari sistem kode wartawan. Istilah by line
merupakan sebuah rujukan yang menyebutkan penulisnya tanpa alias / anonim. Pers
di Indonesia mungkin bisa dikatakan nyaris tidak ada media yang menggunakan
nama penulisnya. Mungkin baru The Jakarta
Post yang menggunakan. Biasanya nama penulis ditulis tepat dibawah judul
dan sebelum kata pembuka untuk lead di tulis.
Ini seolah menjadi jam pasir bagi seorang wartawan. Deadline
atau batas waktu (tenggat waktu) adalah batas terakhir yang ditentukan oleh
lembaga pers terhadap wartawannya untuk mengumpulkan laporan agar segera
terbit. Untuk ukuran media cetak yang terbit skalanya tiap hari, deadline
biasanya pukul 22.00 atau 24.00. Deadline menjadi vital dalam manajemen redaksi
media massa. Karena mempertimbangkan aktualitas dari berita. Apalagi straight news.
Dan
itulah kesepuluh mantra penyajian berita yang bisa anda pelajari sebagai
langkah awal menjadi seorang jurnalis profesional. Selamat menjadi jurnalis.