Menggandeng Skripsi Untuk Resepsi

Sumber GambarGoogle


Quotes Saya “Pastikan anda baca sampai kata yang disimpan sebelah kiri titik terakhir”.
Beberapa bulan terakhir ini, saya merasakan sesuatu hal berat. Terhitung sejak masa perkuliahan masuk pada babak akhir dalam mengemban teori-teori di bangku kuliah. Setiap orang berbeda dalam merasakan waktu yang dilaluinya, tegantung bagaimana ia ditempatkan pada sebuah posisi. Mungkin untuk ukuran orang yang berada dalam masa tahanan, 30 hari adalah hari yang panjang dan lama.
Berbeda halnya dengan orang yang melakukan aktivitas yang tidak terikat dengan rutinitas. Seperti saya. Rutinitas adalah aktivitas yang jarang sekali ditemukan, dalam satu minggu hanya dua kali saja. Itupun kalau saya sedang rajin-rajinnya. Iya. Dalam kurun waktu 3 tahun, setelah memutuskan masuk Perguruan tinggi, Kuliah adalah rutinitas saya.
Dan terkadang, keputusan itu jika dikatakan sebuah keyakinan, tidak akan pernah selamanya menjadi sebuah akhir dari apa yanng kita tentukan. Karena faktanya, selalu saja ingin mengulang, menimbang, dan memutuskan kembali tentang apa yang kita pilihkan untuk hari ini. Sedikit mengutip quotes Anies baswedan “kita adalah akumulasi dari masa lalu”. Namun, kala kebimbangan itu menghampiri dan lekas meruntuhkan misi kita. Percayalah. Setiap peristiwa ada pelajarannya. Kalaupun ada orang yang tidak dapat mengambinya, rugilah mereka. Seperti apa yang dikatakan Goethe (seorang filusuf kepada ku) “Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya”.
Apa yang saya lihat, apa yang saya khendaki dan yang menjadi pandangan saya, jelas berbeda dengan orang lain. Meskipun meraka adalah keluarga, sahabat ataupun orang yang selama ini kita sebut kekasih. Karena fitrah manusia adalah berbeda, tapi saya sering “aneh” kala orang menganggap perbedaan adalah sebuah kesalahan. Dan lebih aneh adalah ketika ada orang menyalahkan pilihan orang lain. Sehingga kebanyakan dari kita adalah komentator handal, mudah menyimpulkan masalah tanpa mempertimbangkan latar belakang yang ada. Dan yang lebih parah adalah ketika penulis melakukan hal yang sama. Sudahlah, semua ini sudah ada setingan yang lebih keren dari pada teori agenda setting media.
Tentang skripsi, karya tulis yang sebenarnya tidak jauh penting bagi  mereka yang sedang bertarung di Pilkada, atau tidak menarik untuk dijadikan folmulasi sepak bola, atau juga tidak begitu keren jika dibandingkan dengan drama korea. Tapi  adalah skripsi yang mengubah hidup seorang akademisi apalagi resepsi.
Skripsi dan resepsi dua kata yang terdengar sensitif, apalagi bagi mahasiswa yang sudah tidak lagi menemukan mata kuliah dasar. Kaum mahasiswa terpelajar jam terbang di kampusnya, memilih untuk bekerja, mulai meninggalkan sisi idealismenya dan menyebrang dengan sedikit realistis. Beginilah siklus kehidupan selalu berubah. Dan menyoal tanggung jawab, semakin lama kita tinggal di bumi, semakin banyak pula tanggung jawab. Antara hak dan kewajiban, lebih banyak kewajiban. Sehingga harus menjadi prioritas. Untuk itu kita harus tahu, ketika Tuhan menyiapkan pilihan-pilihan. Putuskan dengan matang, dan jangan pernah dijadikan sebuah penyesalan. Karena setiap dari kita adalah “Menjadi apa yang Tuhan inginkan” terlepas konteksnya baik ataupun buruk dihadapan manusia.


Tatanan kehidupan manusia yang complicated memunculkan ide untuk digarapsehingga akan memunculkan pergerakan sosial. Bukan soal bagaimana kita bekerja, tapi apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan keberkahan. Untuk itu, kita tidak perlu memaksa semua orang untuk berkhendak sama, karena itu akan lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaan kita. Dan ketika itu terjadi, lahan makan kita akan segera habis. Pikirkan.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon