Instagram Hilman : Sumber Gambar
|
“Kita, adalah kata yang
dibangun dari dua makna. Aku dan Kamu”
Perjalanan
bukan masalah bagaimana kita mengawali dan mengakhiri, karena didalamnya ada
hari-hari yang setia menemani. Aku tidak terfikirkan untuk memilih untuk
bertemu dan mengenalmu dengan baik. Karena bagiku, melanjutkan sekolah ke
Perguruan tinggi adalah alasan dimana aku harus tetap survive menjadi pemain dalam permainan ini.
Meskipun terkadang kerikil akan senantiasa hadir mengganjal laju langkah
semangat nan berbaur do’a. I
wish to the. Itu yang selalu
saya antarkan kepada Tuhan dalam do’a, karena harapan adalah alasan mengapa
kita harus tetap bahagia dan melanjutkan kehidupan.
Hidup
dalam terpaan adalah salah satu fase dimana kita bermetamorfosis menjadi
“orang”. Saya suka salah satu quotes yang di katakan Tan Malaka dalam
bukunya madilog, “Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk”. Dan proses itu
tidak terlepas dari kata kontemplasi. Tentangn latar belakang yang membentuk
kita hari, hanya saja ketika kondisi memaksa kita untuk melakukan hal-hal diuar
nalar, diluar batas kendali kemudi. Padahal, rekam jejak kehidupan tidak
seharusnya menghasilkan buah yang tidak menjadi harapan. Karena mendadak alim
lebih baik daripada mendadak bajingan.
Begitu
banyak pengalaman selama saya memutuskan Bandung sebagai kota dimana saya
menuntut ilmu. Oleh karenanya, “Bandung bagiku bukan Cuma masalah geografis,
lebih jauh dari pada itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi”.(Pidi Baiq)
Dan kamu adalah perempuan yang terlibat dalam perasaan, yang bersamaku ketika
sunyi. Memberi cahaya dalam gelap, mengingatkan dalam terang. Dan akhir-akhir
ini, aku selalu resah kala senja kehilangan jingganya, kala alam terbungkus
gelap dan kala daun dibelakang rumah masih lama dibasahi embun. Berdua saja,
adalah kata yang mampu merepresentasikan aku dan kamu. Seperti aku jatuh cinta
untuk sejatuh-jatuhnya, dan bangkit adalah laju untuk berjuang. Karena manikah
bukan soal “saya terima nikahnya...” tapi, bagaimana membangun, merawat, dan
merenovasi rumah tangga. Itu sulit dan “it’s complicated” bukan ?
“kita
adalah rasa diwaktu yang salah” aku pernah mendengar kata itu dalam sebuah bait
lagu, entah siapa penyanyinya, dan ternyata lagunya mampu mewakili kisah cinta
kita. Aku tidak bisa menyalahkan diriku, ataupun kamu menyesal atas keputusan
ini, tidak perlu. Karena memutuskan perkara adalah hal lumrah dalam kehidupan.
Ibarat membangun sebuah rumah, pernikahan lebih sering tentang dua orang yang
membawa puing-puing masa lalunya masing-masing.
Jangan
membayangkan dua orang ini membawa seluruh material baru yang mereka siapkan
sedemikian rupa, yang mereka beli dari toko-toko bangunan mewah, agar rumah
mereka kelak menjadi indah dan sempurna. Sebab, seperti dalam kebanyakan kasus,
dalam sebuah proyek pernikahan, yang akan mereka pertukarkan satu sama lain
adalah apa-apa yang sudah ada dan melekat pada sejarah hidup mereka sendiri.
Dan sejarah adalah tentang masa lalu: Bisa berupa monumen kemenangan, yang
mungkin usang, atau reruntuhan-reruntuhan kekalahan.
Dari
sana dan dengan semua itulah rumah pernikahan dibangun. Fondasinya digali dari
luka-luka masa kecil atau masa remaja. Temboknya didirikan dari batu bata
perasaan yang kadang sedih, gelisah, optimistis, bahagia, atau sesekali terlalu
percaya diri. Jendela dan pintu-pintu dipasang dengan rasa takut atau rasa
kesepian. Sementara atapnya disusun dari genteng-genteng yang mungkin retak
karena pernah dikecewakan atau dikhianati.
Di
sanalah kita akan tinggal. Menetap untuk waktu yang lama atau sebentar,
tergantung kesabaran dan daya tahan masing-masing. Di sana kita akan menentukan
mana ruang tamu, mana ruang makan, mana dapur, mana tempat mencuci, bolehkah
memakai sandal ke dalam rumah, siapa tamu yang boleh diundang, apakah boleh punya
hewan peliharaan atau tidak, dan seterusnya. Di dalam rumah itulah kelak
kebahagiaan kita ditentukan. Dari hal-hal paling sederhana dan gratis sampai
hal-hal paling tak masuk akal dan kelewat mahal.
Memang,
rumah yang kita bangun dan dirikan bersama itu tak mungkin sempura, Maka kerja
berikutnya adalah tentang menyempurnakan dan mempercantik semuanya. Di luar
maupun di dalam. Dengan apa atap rasa percaya yang bocor harus ditambal? Warna
rasa apa yang kita pilih untuk mengecat dindingnya? Siapa. (Lanjutkan
Membaca)
EmoticonEmoticon