Bukan Contoh Editorial

Sebuah catatan, memang sudah seharusnya perlu dituliskan. Tulisan yang tampil di hadapan rakyat banyak ini merupakan karya sederhana yang terbangun atas dasar keinginan kuat untuk mencipta karya. Meski tak lebih dari sekadar coretan pemikiran dasar, blog ini menjadi “sisi di balik cermin”. Bukan sepenuhnya gambaran diri, melainkan kenyataan lain yang terbentuk lewat hasil imajinasi dan interaksi sosial. Maka tidak lain tulisan yang tertuang dalam blog ini menghantarkan kita pada satu dimensi lain yang dialami penulis.
Yang paling pertama, ucapan yang tak akan pernah saya lampaui tanpa dilakukan; seribu spirit kejiwaan saya bersyukur, berujaran puja puji pada Dzat Allah Swt. yang Maha berilmu, Maha bijaksana, dan Maha kasih sayang. Karya ini tidak lain semata-mata bentuk kuasa-Nya atas segala sesuatu yang telah digariskan. Saya yang tak berdaya dan kuasa atas apapun, menjadi berdaya dan kuasa untuk menerbitkan sebuah coretan tentang Ilmu Komunikasi (Mantra Jurnalistik), Artikel dan Karya Sastra.
Shalawat nan salam pun adalah segarisan kalimat yang takkan luput saya sampaikan kepada Rasul  kita semua, Muhammad Saw. Cahaya yang dibawanya dari tanah Surga menjadi penerang batin saya dalam setiap langkah dan proses mencipta karya ini. Semoga baginya dan pengikutnya, kasih sayang ilahi senantiasa mengalir tanpa henti.
Nun di lembah yang tanahnya tak begitu kering dan tak begitu subur, dalam sebuah pergulatan pemikiran yang sedikit pragmatis, tapi tidak meninggalkan sisi idealis. hanya saja sedikit realistis. saya mulai menulis lagi. lagi lagi dan lagi.
"Lebih beda sedikit lebih baik, dari pada sedikit lebih baik " itu yang saya coba terapkan dalam blog ini, hanya saja ketika ilmu itu saya dapatkan dengan sempurna, kiranya harus lama menunggu. Sehingga, wacana yang terpikir tidak akan berubah menjadi ide yang dikontruksi menjadi nyata. Jangan lama menunggu, Let's Beginning. Where do i start? Nawaitu, lalu beraksi.
Kemudian, para pengajar saya. Dari berbagai kalangan (Ketje) yang dalam kesibukannya tetap mau memberikan waktu bagi saya. Orang yang dengan ikhlas memberikan sumbangsih ilmu dan kemampuannya untuk membesarkan Saya. Kedua Orang Tua, A Lukman yang selalu mendorong saya untuk mencipta karya dalam blog (cepetan nyusul), Pak Raka, Ilmu yang tempo lalu kita begadang sangat membuka pola pikir saya. Big Thank and Big Hug Pak. Kepada My Brotherhood, Amet. "Kudu nunda nyawa tinu sagala pagawean". Siap!
Sampailah pada akhir kata. Saya ucapkan pula terima kasih kepada pembaca yang sedia meluangkan waktu untuk menikmati santapan yang Saya sajikan ini; mantrajurnalistik.com. Alih-alih bagaimana pun rasanya, saya tetap berharap para pembaca suka.
Nun wal qalami wa maa yasturun.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon