“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Sumber Gambar: Bhataramedia.com
|
Tulisan ini semacam rasa “ngigau” yang terbentuk dari kenyataan. Pasti akan ada orang yang bisa menjawab dari tujuh pertanyaan mendadak menyangkut hal apa saja dalam kehidupannya, mungkin anda salah satunya. Misalkan saya, makan, tidur, kuliah, ibadat, mengerjakan tugas, membaca dan bercinta. Dari ketujuh jawaban yang saya berikan, tidak ada satupun hal yang dilewatkan, kecuali point terakhir. Masalah gengsi. Tapi, setiap orang sudah bisa dipastikan tidak akan mempunyai top 7 jawaban sama.
Mengapa? Karena anda akan menemukan pertanyaan terakhir saya dalam buku dunia shopie (filsafat dasar). Kebutuhan manusia selalu berubah sehingga untuk tetap, kemungkinan besar kecil dan beberapa saja. Manusia menjadi bijak kala merasakan suatu kebutuhan. Ketika orang merasa lapar, sudah dipastikan kebutuhannya adalah makan. Pergi untuk bekerja, bisa jadi karena mereka mau penghasilan. Ketika merasa kedinginan sudah pasti kehangatan sebagai tujuan. Tapi sayang, ketika akal sudah lama dibiarkan berpuasa, kita lupa tidak menjadwalkannya untuk berbuka. Padahal, untuk menopang pondasi kehidupan adalah akal.
Penggalan kutipan yang diambil dalam salah satu ayat Al-Qur’an pada baris pertama bermaksud sebagai misi utama dalam perbaikan Sumber Daya Manusia. Ini bisa jadi sebagai pengingat dari kita tentang konsep modal yang diberikan Tuhan. Beberapa kita sering kebingungan untuk mencari modal ketika akan membuka sebuah usaha, apapun itu. terbentur dengan modal adalah sebuah alasan yang tak terbantahkan. Ataupun orang yang mengaku sukses tanpa modal seperserpun, jurusnya adalah do’a dan kerja keras. Sehingga “good people” banyak terpacu untuk mengikuti acara bertajuk seminar, workshop ataupun Semacamnya diklat. Benarkah demikian ?
Kutipan-kutipan yang mengatasnamakan motivasi mudah ditemukan dan berserakan di beranda instagram ataupun facebook anda. Beberapa diantaranya menganggap baik namun tidak sedikit yang mencibirnya. Begitulah, setiap orang tidak sama kebutuhannya. Mereka tidak suka dengan kata-kata yang dianggap baik, padahal busuk. Berbeda halnya dengan mereka yang menganggap hal tersebut adalah suplemen sebagai asupan sebuah keharusan. Dan dunia ini dirancang untuk selalu ada perbedaan, tidak perlu dibenci.
Saya termenung dalam lamunan, bahwa setiap dari manusia adalah hebat. Dan Tuhan menyiapkan itu. sadarkah kita akan keberadaan kedua mata? Fungsi dari telinga? Ataupun seberapa besar jasa mulut untuk kita? Bagaimana dengan kaki? Apalagi dengan tangan? Apa kabar ginjal? Sehatkah paru-paru anda? Organ penting lain? Seberapa pedulikah anda dengan mereka? Apakah jantung anda sehat? Bukan kah itu aset anda sebagai modal untuk mencipta karya?
Maka ayat selanjutnya adalah, “Apalagi yang kau dustakan dari Nikmat Tuhan mu?”. Bagaimana jadinya jika kita harus sewa dari setiap oragan yang Tuhan berikan? Sepertinya tulisan ini tidak akan mengingatkan anda untuk beberapa hari ke depan, membacanya pun sebuah “kemageran yang abadi”. Karena ritual bersyukur adalah hal yang dilakukan ketika anda menerima. Itu pun dirasa sebagai sebuah kenikmatan. Bagaimana dengan lapar? Haus? Gerah? Lelah? Masihkah pantas untuk kita tanamkan rasa syukur?
Masih dalam pikir, Spiritual Cyberspace.