Mantra Jurnalisik (Episode SMAN 1 Negeri Cibatu Purwakarta)

“Anda bisa menjadi siapapun untuk bertransformasi menjadi apapun” Hilman Author
Lembaga sosial sekaligus sarana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi, Akronimnya adalah pers. Media yang digunakan bisa berupa cetak, meliputi (Buletin, Koran, Tabloid, dan Majalah) dan elektronik, meliputi (Radio, TV dan Internet).  Pers memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan manusia,  Lembaga sosial ini secara hukum yang berwenang  memberikan asupan informasi kepada semua lapisan masyarakat. Hal ini berdasarkan peraturan undang-undang Pers nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Undang-undang Pers disahkan di Jakarta pada 23 September 1999 oleh Presiden Indonesia kala itu  Bacharuddin Jusuf Habibie dan Sekretaris Negara Muladi. Isinya tentu saja tentang mengatur prinsip, ketentuan dan hak-hak penyelenggara pers di Indonesia. Kedua, pembentukan negara maju ditentukan oleh sumber manusia. Dalam hal ini, Pers dengan kegitan baca tulis sebagai rutinitas pelakonnya, merangsang percepatan pembangunan manusia kritis yang terdidik.
Hal yang melatarbelakangi alasan mengapa pers bisa dijadikan pondasi utama dalam pembangunan pendidikan berdasarkan Pengalaman saya dalam membagikan ilmu jurnalistik di berbagai sekolah. Penerapan kegiatan jurnalistik di sekolah (SMA diutamakan) memang sudah ada sejak lama, dengan menggunakan mading sebagai medianya. Pertemuan saya dengan anak-anak SMAN 1 Cibatu bermula ketika saatnya tiba perhelatan KKN 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung bertajuk SISDAMAS (Sistem Pemberdayaan Masyarakat).
Bertempat di desa Cibatu Kabupaten Purwakarta, SMAN 1 Cibatu belum lama ini sudah meluncurkan karya jurnalistik yang terbungkus dalam Buletin. Hanya saja, informasi yang tersaji dalam buletin ini bukan hasil proses khas kegiatan jurnalistik yaitu melakukan peliputan. Anak-anak B-School, sebutan tim redaksi mereka, memuat informasi utama yang ada pada buletinnya dengan cara googling meskipun ada rubrik “tokoh inspiratif” atau “testimoni” yang diperoleh dari hasil wawancara.  
Memang tidak salah, hanya saja hal tersebut mengurangi nilai berita “kedekatan”. Sebuah berita harus mengandung sisi kedekatan dengan pembacanya. Contoh sederhana, “urang bandung bakal responsif kala maranehan nana maca berita banjir di bale endah nu nungtut korban jiwa, daripada maca bencana banjir di inggris ”. Hal ini yang membuat saya bekerja, menuangkan semua ide gagasan dalam naskah yang divisualkan. Mengolah nada yang dibingkai oleh seni retorika.
Mengapa saya membuat judul tulisan ini mantra jurnalistik ? Tidak sedikit orang yang tahu najwa shihab, tuan rumah mata najwa. Berarti ada jutaan pasang mata yang melihat ketika ia “show time” dan berapa banyak pula yang terbius oleh kata yang seolah menjadi mantranya? Begitulah jurnalistik, membius opinimu, untuk sepakat dengan opini media. Meskipun literasi ada dalam genggaman. Membaca fakta yang di frammingkan.
Satu hal yang saya tekankan kepada anak-anak SMAN 1 Cibatu adalah, bagaimana mereka menjadi pers tanpa ada intervensi, tanpa ada diskriminasi sehingga terpenuhi salah satu dari 9 elemen jurnalisme yang ditulis Bill Kovach dan Tom Rosenstiel prihal independensi media. Karena ketika memasuki dunia profesional wartawan dan bekerja di perusahaan lembaga pers, jangan merasa post power syndrom ketika intervensi sudah menjadi kelumrahan.
Dewasa ini kegiatan jurnalistik tidak lagi dilakukan oleh para jurnalis professional yang berkerja dan tercatat sebagai wartawan resmi dalam sebuah lembaga pers. Pasalnya istilah citizen journalist adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru jurnalistik selama kode etik jurnalistik terjaga.
Di Indonesia sendiri perkembangan citizen jurnalistik, dipicu ketika pada tahun 2004 saat terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis profesional. Pada tahun 2008 muncul situs berita yang berbasis jurnalisme masyarakat yang pertama di Indonesia, yaitu Swaberita dan diikuti oleh NET CJ (Citizen Jurnalism).
MATERI KREATIF
Kreatif Menulis Berita, Feature, Esai dan Artikel. Materi ini disajikan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menulis berita, feature dan artikel. Sebagaimana ketiga jenis tulisan tersebut adalah yang paling sering didapati di berbagai media massa, terutama media cetak.
Manajemen Pers Buletin dan/atau mading adalah wadah praktik menulis terkecil yang dapat dikembangkan oleh para pelajar, akan tetapi, meskipun kecil wadah ini tetap memiliki sistem kerja dan segala aturannya. Materi ini disajikan sebagai pengetahuan kepada peserta, juga untuk memberikan gambaran tentang dinamika ruang redaksi. Dari materi ini peserta diharapkan mampu mengelola buletin dan/atau mading dengan baik.
Membaca Berita dalam sebuah Foto. Foto mempunyai peran penting dalam penyajian sebuah berita, nyawa dari sebuah berita terletak dari foto yang disajikan. Terkadang sebuah berita bisa langsung dipahami hanya dengan melihat foto yang ditampilkan saja. Materi ini disajikan sebagai pembekalan kepada peserta, juga memberikan gambaran tentang foto jurnalistik.
Editing dan Layout Setiap media cetak memiliki tata letak yang berbeda-beda, karena hal ini menjadi ciri atau identitas mereka. Dan sebuah pers membutuhkan media cetak atau paling tidak media online. Materi ini menjelaskan tentang bagaimana tata letak suatu media cetak dapat menjadi identitas dirinya dan bagaimana membuat tata letak yang baik. Dari materi ini, diharapkan peserta dapat mengerti makna tata letak bagi sebuah media cetak dan menentukan tata letak bagi buletin dan/atau mading yang dikembangkan oleh para pelajar.
Acara “Mantra Jurnalistik Masuk Sekolah” terbagi dalam dua bentuk acara, yaitu sebagai berikut. Acara ini berupa workshop kecil yang berlangsung beberapa jam dalam setiap pertemuannya. Dalam satu workhsop terdiri dari beberapa materi yang dilaksanakan dalam beberapa termin. Per materi akan diberikan waktu untuk penyampaian teori dan simulasinya.
Kegiatan ini berupa pendampingan yang yang dilaksanakan secara berkala. Dalam satu pertemuan diberikan satu sub-pokok materi tentang dunia kepenulisan atau kejurnalistikan. Peserta diberi pemahaman yang dilakukan secara bertahap pada tiap pertemuannya selama satu jam. Sama halnya dengan kegiatan workshop, materi terdiri dari penyampaian teori dan simulasinya. Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini menyesuaikan dengan kondisi.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon